Jember – Memulai Tahun Pelajaran baru 2008-2009, SMPK Maria Fatima memberikan penyegaran iman kepada penyelenggara pendidikan yang dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2008 dipimpin oleh Romo Yudi ( Romo Paroki Santo Yusuf Jember). Penyegaran iman dalam bentuk rekoleksi bertujuan membangun kembali motivasi diri setiap penyelenggara pendidikan agar kembali semakin segar dan bersemangat serta semakin profesional dalam proses kegiatan pembelajaran.
Melalui refleksi pengalaman tahun sebelumnya penyegaran tersebut semakin memperkaya pengalaman dalam mencapai tujuan kelembagaan. Tema yang diangkat dalam Rekoleksi tersebut menyangkut kehidupan guru sebagai aktor intelektual yang berperan dalam proses pembentukan generasi muda yaitu “ Dicari : Guru dan nabi Menawan”.
Romo Yudi menjelaskan aspek-aspek yang menyangkut tugas guru sebagai seorang pendidik sesuai dengan ajaran Injil. Menitik beratkan pada pemahaman karakter Yesus sebagai teladan seorang guru yang mempunyai jabatan rangkap yaitu sebagai seorang nabi yang sempurna merupakan tokoh yang menjadi inspirator bagi guru. Berangkat dari Injil Romo Yudi mengungkapkan bahwa setidaknya ada 3 kekutan yang harus diambil oleh guru yang telah Yesus praktekan sebagai seorang guru, pemimpin dan nabi yang hebat. Tiga kekuatan itu adalah, Penguasaan diri, Tindakan nyata dan relasi.
Teladan Yesus menunjukan bahwa penguasaan diri merupakan senjata yang ampuh dalam melakukan transfer infromasi,ilmu pengetahuan serta pemahaman moral kepada murid. Oleh karena itu guru harus mampu mengendalikan diri dan bisa mempengaruhi sesama demi tujuan yang baik, benar dan mulia. Supaya guru mampu mengendalikan diri maka yang pertamakali harus dipahami adalah pengenalan terhadap diri sendiri. Memahami kekuatan serta kelemahan dalam diri sendiri dalam konteks positif berguna bagi seorang guru agar memahami langkah pengendalian diri dalam upaya melaksanakan transfer informasi kepada murid. Romo Yudi juga menjelaskan bahwa pemahaman tentang visi, misi, profesionalitas, dan teguh dalam pendirian akan semakin kuat apabila masing-masing guru memiliki moto pribadi Nemo dat quod habet (yoh 17) yaitu tidak menyia-nyiakan waktu untuk mengadili orang lain. Mengadili orang lain karena kesalahan bukanlah menjadi tugas bagi seorang guru secara pribadi karena itu menghabiskan energi. Justru sebaliknya, guru mempunyai tugas memberikan jalan keluar yang benar tanpa harus mengadili. Seperti halnya Tuhan Yesus datang ke dunia bukan untuk mengadili tapi untuk menyelamatkan, demikian pula Ia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani.
Kekuatan yang ke dua adalah tindakan nyata. Kontek tindakan nyata meniru apa yang telah diperbuat Yesus sebagai guru agung yaitu Ia menghadirkan cara pikir yang baru sekaligus mewujudkannya dalam tindakan. Yesus memiliki rencana yang jelas dan membentuk tim kecil untuk sebuah karya penyelamatan yang terdiri dari 12 rasul. Demikian pula Dia menyajikan anggur yang terbaik pada saat dan waktu yang tepat. Berdasarkan tindakan Yesus maka hendaknya seorang guru seharusnya berlaku seperti arti kata guru itu sendiri. “ seperti kata orang tua, guru itu singkatan dari digugu dan ditiru setiap tindakan dan perbuatanya, jadi hati-hati lho..” ungkap Romo Yudi.
Kekuatan terakhir adalah relasi. Romo Yudi menjelaskan bahwa kedua hal tersebut diatas tidak akan sempurna tanpa dilengkapi dengan hubungan kedekatan (relasi) dari semua pihak yang terkait. Terutama guru harus mempunyai relasi akrab dengan Sang Pencipta sebagai sumber segala sumber hikmad. Selanjutnya relasi terhadap murid dan sesama harus dibangun berdasarkan asas kesamaan martabat, sehingga terjalin rasa hormat dan saling mempercayai satu dengan yang lain. Beliau juga menegaskan bahwa relasi akan terjalin dan berjalan baik bila guru memiliki rasa welas asih atau yang dikenal dengan kata kasih.
Sebagai penutup Romo Yudi berharap melalui pemahaman ketiga hal tersebut guru dan karyawan SMPK Maria Fatima siap menyosong tahun ajaran baru 2008-2009 dengan penuh percaya diri dan bekal iman yang mantap. “ Saya yakin bila tiga kekutan Yesus tersebut menjadi dasar praktik hidup kita sebagai seorang guru dan nabi, maka anda akan menjadi guru dan nabi yang menawan.” tandas beliau pada saat mengakhiri perenungan. Tentu saja menjadi guru dan nabi yang menawan bukan perkara yang mudah, tetapi siapa yang menjadi guru dan nabi yang menawan tentu akan dicari banyak orang, siapa mau?.(toz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar